Per 25 Juli, Pembangunan Fase 2A CP 201 Capai 79,65 Persen
Pekerjaan pembangunan CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas) fase 2A MRT Jakarta berjalan sesuai jadwal. Per 25 Juli 2024, perkembangan pembangunan telah mencapai 79,65 persen. Saat ini, pembangunan Stasiun Thamrin telah masuk ke tahap pekerjaan pengecoran peron, instalasi over track exhaust (OTE) Duct, konstruksi tangga, penggalian entrance 4 dan suar penyejuk dan suar ventilasi di Thamrin 10, test pit dan relokasi utilitas di area entrance 5, persiapan pengecoran area parkir kereta (stabling yard), instalasi dinding autoclaved aerated concrete (AAC), dan plester dinding beranda peron (concourse), pipa drainase di bawah peron, dan instalasi sistem HVAC dan pemadam kebakaran di stasiun.
Sedangkan di Stasiun Monas, pekerjaan yang sedang dilakukan meliputi pekerjaan pengecoran base slab segmen terakhir entrance satu Jalan Museum, pengecoran slab entrance dua tahap 2 dan pengurugan tahap 1 di Jalan Silang Barat Daya, pengecoran D-Wall arrival shaft untuk koridor entrance satu Jalan Museum, instralasi metal ceiling, finishing lantai HT, pemasangan handrail dan granit di tangga, pemasangan fire shutter dan dinding ACP di level peron, persiapan waterproofing tangki suar pendingin (cooling tower), dan pekerjaan instalasi dan pengujian sistem HVAC, suplai air, dan drainase. Selain itu, tim juga sedang mengerjakan sistem pemadam kebakaran dan elektrikal di stasiun dan gardu induk.
Sedangkan untuk CP 202 (Stasiun Harmoni—Sawah Besar—Mangga Besar) setelah resmi dimulai pada 25 Juni 2022, per 25 Juli 2024 telah mencapai 35,23 persen dengan cakupan pekerjaan meliputi pekerjaan struktur utama stasiun bawah tanah berupa dinding penahan tanah atau D-Wall, penambahan kekuatan lapisan tanah di sekitar stasiun atau soil improvement, lantai kerja sementara (RC Deck), dan pekerjaan penggalian di area launching shaft Stasiun Harmoni.
Pascapenandatanganan paket kontrak (contract package) CP 203 (Stasiun Glodok dan Kota) pada 20 April 2021, pekerjaannya pun sudah dan terus berlanjut berjalan sesuai jadwal. Per 25 Juli 2024, perkembangannya sudah mencapai 58,91 persen dengan pekerjaan di Stasiun Glodok meliputi pekerjaan pembongkaran fasilitas mesin bor terowongan (TBM) 1 yang saat ini berada di utara Stasiun glodok, pengiriman segmen terowongan (tunnel segment) menuju ke lokasi konstruksi, konstruksi tangga, tangki air, dan waterproofing roof slab. Sedangkan di Stasiun Kota, pekerjaan pembangunan struktur lantai dasar (base slab), kolom, dan pemotongan tiang penahan sementara (king post) masih terus dilakukan. Tim juga sedang mempersiapkan peluncuran mesin bor terowongan (TBM) 1 dari Stasiun Kota menuju Stasiun Glodok.
Sedangkan CP 205 telah dimulai dengan ditandatanganinya kontrak kerja antara PT MRT Jakarta (Perseroda) dan Sojitz Corporation pada 17 April 2024 lalu dengan periode kontrak 75 bulan hingga akhir 2029. Saat ini, telah mencapai 6,09 persen dengan pekerjaan utama meliputi koordinasi dengan tim konstruksi sipil terus dilakukan serta inspeksi lokasi proyek terkait integrasi sistem dan pengiriman material dari Depo.
Bid submission untuk CP 206 rolling stock (ratangga) telah dilakukan pada 22 April 2024 dan evaluasi teknis serta JICA Concurrence telah diperoleh pada 21 Juni 2024. Saat ini sedang dilakukan evaluasi penawaran harga. Sedangkan CP 207 automatic fare collection system (sistem pembayaran), sedang dalam tahap finalisasi dokumen tender sebelum disubmit untuk JICA Concurrence. Target call for tender pada Juli/Agustus 2024.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029. Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya melanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study). Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp25,3 triliun melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.
Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development). Pembangunan dengan konsep ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur stasiun MRT Jakarta saja, namun juga kawasan sebagai paduan antara fungsi transit dan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.