Para Pengendali MRT Jakarta
Tatapan Fahrul Harundani (30) terlihat fokus. Ia mengamati susunan panel layar di dinding yang menampilkan sejumlah informasi pergerakan ratangga hari itu. Simbol-simbol berwarna, deretan angka, hingga lampu kerlap-kerlip yang bagi orang awam sekadar grafik dengan informasi sederhana, namun tidak bagi seorang chief dispatcher. Dari seluruh informasi tersebut, ia dapat segera mengambil keputusan terhadap situasi yang terjadi apabila dibutuhkan. Di sudut lain, Sakina Nurisneini (25) duduk mengamati salah satu dari tiga layar komputer yang ada di atas mejanya. Setiap layar menampilkan informasi berbeda sesuai dengan tugasnya sebagai seorang facility dispatcher. Selain layar monitor komputer, di mejanya juga terdapat CCTV consoleyang memungkinkannya memantau situasi di seluruh stasiun MRT Jakarta.
Suasana di ruangan itu tenang. Sesekali suara terdengar dari handy talkie (HT) yang ada di setiap meja di depan dispatcher. Di bagian lain, Fajrul (25) sedang berbincang dengan salah satu rekan kerjanya. Sesekali ia menunjuk panel-panel layar di dinding di hadapan mereka. Penerangan di ruangan sangat baik. Suhu sejuk mendekati dingin.
Pagi itu, Fahrul, Sakina, dan Fajrul, serta empat orang rekan lainnya sedang bertugas di Pusat Kendali Operasi (Operation Control Center) MRT Jakarta. Di ruangan inilah pengendalian seluruh kegiatan operasional MRT Jakarta dilakukan. Pengontrolan, pengawasan, hingga koordinasi operasional dengan seluruh tim kereta, stasiun, dan depo dikerjakan dari balik ruangan ini. Fahrul, Sakina, Fajrul adalah bagian dari 38 orang MRT Jakarta yang mendapatkan tugas sebagai petugas OCC.
Sakina, begitu ia akrab disapa, bertugas sebagai salah satu dari lima facility dispatcher OCC MRT Jakarta. Saat bertugas, ia menjadi penanggung jawab OCC saat berkoordinasi dengan tim di lapangan ketika terdapat kegiatan pemeliharaan fasilitas di stasiun. “Sebagai facility dispatcher, saya menjadi focal point OCC dengan tim di lapangan terkait prasarana seperti fasilitas persinyalan dan telekomunikasi sistem persinyalan MRT Jakarta (CBTC), rel (track), sipil, arsitektur, mechanical electrical, termasuk laporan dari stasiun terkait lift atau eskalator yang rusak atau ada pintu peron yang tidak bisa terbuka. Gangguan-gangguan seperti itu, sih. Dan, banyak lagi koordinasinya,” ujar Sakina.
Sebelum menjadi petugas OCC, Sakina bertugas di bagian sinyal dan telekomunikasi. Lulusan D3 Teknik Elektro Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun ini mulai bergabung sejak 2017 di PT MRT Jakarta (Perseroda). “Saya merasa bangga bisa menjadi petugas OCC. Bayangkan, sistem CBTC masih baru, bahkan pertama kali diterapkan di perkeretaapian perkotaan di Indonesia, saya sudah menjadi petugasnya. Keren, kan?” ujar ia lalu tertawa. Meski demikian, ia mengakui, terkadang dilanda kejenuhan karena bekerja delapan jam di dalam ruangan terus-menerus. Kadang 12 jam kalau rekannya sedang cuti. “Ya, namanya bekerja pasti adalah rasa jenuh. Tapi, ya, kita juga bisa ngobrol dengan rekan kerja di dispatcher lain, bertanya tentang berbagai hal. Atau peregangan setelah duduk seharian. Sesekali ke luar sebentar ke area istirahat di lobi,” tutur perempuan kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 25 tahun lalu ini. Dari ruang lobi itu, setidaknya Sakina bisa melihat lalu lalang MRT Jakarta.
Senada dengan Sakina, Fajrul bertugas di perawatan kereta sebelum menjadi petugas OCC. “Sekarang sebagai rolling stock dispatcher. Saya telah menjadi petugas OCC sejak awal beroperasi 2019 lalu. Sebagai OCC pertama di Indonesia, terus terang, awalnya saya merasa gugup. Namun, saya tahu, saya tidak boleh takut untuk mencoba hal baru,” ujar pemuda lulusan Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun itu. “Ilmunya banyak di sini,” sambungnya. Sebagai rolling stock dispatcher, ia bertugas untuk memastikan kereta dalam keadaan siap operasi di hari tersebut dan memantau kegiatan pemeliharaan ratangga. Lebih jauh lagi, Fajrul memegang peran penting apabila terjadi gangguan terhadap ratangga saat beroperasi dengan memberikan instruksi kepada awak sarana perkeretaapian (ASP) atau masinis. Fajrul bergabung dengan PT MRT Jakarta (Perseroda) sejak 2017 silam.
Menjadi petugas OCC mutlak memiliki persyaratan kompetensi yang ketat. Minimal lulusan D-3 atau S-1 dari perguruan tinggi, telah mengikuti pendidikan dan latihan dasar dari PT MRT Jakarta (Perseroda), telah lulus pendidikan dan latihan kompetensi sesuai penugasan dispatchernya, dan mengikuti sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI atau lembaga terkait. Selama menjadi petugas, setiap orang pun harus mengikuti pelatihan penyegaran (refreshment training) untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya terkait kondisi di lapangan.
Selama masa pandemi, PT MRT Jakarta (Perseroda) menerapkan sejumlah langkah mitigasi khusus mengingat para petugas OCC yang selalu berada di dalam ruangan tertutup seperti menerapkan protokol 6M (menjaga jarak, mencuci tangan, menggunkan masker, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan, dan mendapatkan vaksin), pemberian vitamin tambahan D3 dan C kepada petugas OCC, memasang tujuh alat air purifier, pemasangan empat UVC aktif, pembersihan ruangan tiga kali sehari, termasuk konsol dan HT, bekerja dengan tim yang sama (fix team), pemeriksaan virus Sars-CoV-2, menyiapkan tim pendukung, dan melakukan cold fogging/misting disinfectant satu kali seminggu.
Bekerja di balik layar seperti menjadi petugas OCC membuat orang-orang seperti Fajrul, Sakina, dan Fahrul tidak dikenal oleh publik. Meski demikian, mereka memiliki tugas dan tanggung jawab besar memastikan layanan MRT Jakarta yang aman, nyaman, dan andal sampai di masyarakat.
Penulis: Nasrullah
Berita Lainnya
-
Lebih Dari 9,9 juta Orang Gunakan MRT Jakarta Sepanjang 2020
05 January 2021 -
Penandatanganan Dokumen Kesepakatan Pinjaman Lunak ODA Pembangunan Jakarta Metropolitan MRT Jalur Timur—Barat Fase 1 Tahap 1
14 May 2024 -
PT MRT Jakarta (Perseroda) Raih Empat Penghargaan Anugerah Humas Indonesia 2021
17 September 2021