Skip to main content

Fase 2

Proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2 membentang sepanjang sekitar 11,8 kilometer dari kawasan Bundaran HI hingga Ancol Barat. Fase 2 ini melanjutkan koridor utara—selatan fase 1 yang telah beroperasi sejak 2019 lalu, yaitu dari Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI. Dengan hadirnya fase 2 ini, total panjang jalur utara—selatan menjadi sekitar 27,8 kilometer dengan total waktu perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus Grab hingga Stasiun Kota sekitar 45 menit. Jarak antarstasiun sekitar 0,6—1 kilometer dengan sistem persinyalan Kendali Kereta Berbasis Komunikasi (CBTC) dan sistem operasi otomatis tingkat 2.

Pembangunan fase 2 merupakan proyek strategi nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional. Selain itu, Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 1713 Tahun 2019 tentang Perubahan Keputusan Atas Gubernur Nomor 1728 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi untuk Pembangunan Jalur Mass Rapid Transit Koridor Bundaran HI—Kota menjadi landasan penetapan jalur dan stasiun di fase 2A.  

Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer. Sedangkan Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Marina dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer. Fase 2B sedang dalam tahap studi kelayakan.

Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer. Pekerjaan konstruksinya dibagi ke dalam tiga paket kontrak yaitu
-    CP 201 untuk membangun Stasiun Thamrin dan Monas serta jalur sepanjang 1,96 kilometer (total: 2,678 kilometer) Paket ini dikerjakan oleh kontraktor Shimizu dan Adhi Karya Join Venture (SAJV).
-    CP 202 untuk membangun Stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga besar serta jalur sepanjang 1,19 kilometer (total: 1,827 kilometer). Paket ini dikerjakan oleh kontraktor Shimizu--Adhi Karya Join Venture (SAJV)
-    CP 203 untuk membangun Stasiun Glodok dan Kota serta terowongan sepanjang 0,69 kilometer dan cut and cover tunnel 0,18 kilometer (total: 1,296 kilometer). Paket ini dikerjakan oleh kontraktor Sumitomo Mitsui Construction Co. dan Hutama Karya Join Venture (SMCCHK JV). 
Sedangkan paket kontrak lainnya meliputi CP 205 untuk sistem perkeretapian dan rel dari Bundaran HI hingga Kota, CP206 untuk pengadaan kereta, dan CP 207 untuk pekerjaan Automatic Fare Collection (AFC). 

Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Marina dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer.

Stasiun bawah tanah akan dibangun dengan kedalaman mulai dari 17 meter sampai dengan 36 meter di bawah tanah.  Aliran listrik akan disuplai oleh dua gardu PLN 150 kV dengan total daya (power) 60 mV.

Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Dana pinjaman JICA yang telah diterima Pemerintah Pusat diterushibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dokumen anggaran (APBN) yang berkaitan pinjaman berada pada Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah, Sub Direktorat Hibah Daerah, dengan nama program dan kegiatannya adalah Program Pengelolaan Hibah Negara dengan Kegiatan Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah LN sebagai hibah kepada Pemerintah Daerah. Executing agency adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Sesuai dengan Permenko No. 1 Tahun 2018 terdapat penambahan jumlah pinjaman untuk Fase 1 sebesar USD 191.000.000 dan untuk Fase 2 sebesar USD 1.678.000.000. Loan agreement yang telah diberikan adalah Loan Agreement No. IP 578 sebesar ¥70,021,000,000 yang alokasinya untuk penambahan Fase 1 sebesar ¥21,544,000,000 dan pinjaman tahap satu Fase 2 sebesar ¥48,477,000,000.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai implementing agency akan mencatat sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam APBD, menempatkan dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan pembangunan MRT pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta dengan nama Program dan Kegiatan Penyertaan Modal (Pembiayaan/Investasi). Pemerintah DKI Jakarta kepada PT MRT Jakarta. Selain itu, dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan MRT Jakarta juga ditempatkan pada BAPPEDA DKI Jakarta sebagai belanja langsung dengan nama program Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kota, dengan nama kegiatan Management Consulting Services for MRT Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai implementing agency telah menunjuk PT MRT Jakarta sebagai sub implementingdari program pembangunan MRT Jakarta.

 

 

pendanaan

Total Perkembangan Konstruksi Sipil
CP 201
Thamrin – Monas
83,64%
CP 202 
Harmoni — Sawah Besar — Mangga Besar 
41,55%
CP 203
Glodok – Kota
64,87%
CP 205
Electrical Mechanical Systems and Trackwork
9,49%
CP 206
Rolling Stock
0%
CP 207
Automatic Fare Collection (AFC)
0%

*per 25 November 2024

Fase 2A terdiri dari dua segmen, yaitu segmen satu dari Bundaran HI hingga Harmoni dan segmen dua dari Harmoni hingga Kota. Segmen satu direncanakan selesai pada 2027 sedangkan segmen dua ditargetkan akan selesai pada 2029. 

Seluruh stasiun MRT Jakarta fase 2A terletak di bawah tanah. Setiap stasiun dilengkapi dengan fasilitas penunjang mobilitas pengguna jasa seperti retail, lift, tangga, eskalator, hingga parkir sepeda. Setiap stasiun juga dirancang agar terintegrasi sempurna dengan jalur moda transportasi massal lainnya seperti busway sehingga akan memudahkan setiap pengguna jasa untuk berpindah moda transportasi. Berbeda dengan fase 1, sejak awal pembangunan fase 2A dilakukan dengan konsep transit-oriented development. Sejumlah infrastruktur dibangun sekaligus saat pembangunan konstruksi stasiun dan terowongan. 

Sebagai sebuah perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bergerak dalam pengadaan dan operasional transportasi publik massal berbasis rel, PT MRT Jakarta berkomitmen untuk memberikan jasa layanan terbaik bagi masyarakat sebagai calon pengguna, baik dari segi prasarana maupun sarana. PT MRT akan menyiapkan pelayanan berstandar internasional yang memberikan rasa aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sejumlah infrastruktur perkeretaapian yang baru untuk diterapkan di Indonesia.

Infrastruktur yang mencakup fisik dan non-fisik tersebut antara lain sistem persinyalan dan operasi, struktur dan jenis rel, platform screen doors, dan mesin bor terowongan (tunnel boring machine). Penggunaan teknologi tersebut diharapkan mampu mewujudkan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat.