Lebih Dari 9,9 juta Orang Gunakan MRT Jakarta Sepanjang 2020
PT MRT Jakarta (Perseroda) mencatat sekitar 9.926.513 orang gunakan layanan MRT Jakarta sepanjang 2020 lalu (1 Januari—30 Desember). Angka tersebut menunjukkan bahwa rata-rata ada sekitar 27.281 orang per hari menggunakan layanan kereta bawah tanah pertama di Indonesia tersebut. Sepanjang 2020 pula, Indeks Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction index) 2020 naik mencapai nilai 86,64 yang sebelumnya 82,78. Meskipun sektor transportasi publik menjadi salah satu sektor yang terdampak parah akibat pandemi, PT MRT Jakarta (Perseroda) berhasil mempertahankan aspek safety, yaitu tidak ada kecelakaan yang terjadi baik terhadap karyawan maupun pelangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar dalam kegiatan Dialog Awal Tahun bersama MRT Jakarta yang digelar secara virtual pada Selasa (5-1-2020) lalu. Sekitar 52 jurnalis, termasuk pemimpin redaksi, hadir dalam gelaran tersebut. Hadir dalam acara tersebut Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta (Perseroda) Roy Rahendra. William memaparkan sejumlah pencapaian PT MRT Jakarta (Perseroda) sepanjang tahun 2020 lalu serta sejumlah strategi menjalani 2021.
“Selain itu, kita juga tetap berhasil mempertahankan on time performance hampir 100 persen yaitu 99,98 persen. Sepanjang 2020 pula kita mengalami penurunan signifikan jumlah pengguna jasa. Hanya dua bulan pertama (pada 2020) kita bisa mempertahankan target di angka 88 ribu per hari,” tutur William. “Namun, kita tetap mempertahankan pelayanan yang berstandar internasional yang dilaksanakan dengan protokol BANGKIT, yaitu bersih, aman, nyaman, go green, kolaborasi, inovasi, dan tata kelola yang baik,” lanjut ia. Ia juga menyampaikan capaian perkembangan pembangunan fase 2A segmen 1, yaitu CP 201 yang telah mencapai 9,809 persen.
William juga menyebutkan bahwa pada 2020 lalu, PT MRT Jakarta (Perseroda) berhasil mencatat total pendapatan usaha sebesar Rp1 triliun. “Kita mendapatkan total pendapatan usaha sebesar Rp1 triliun yang datang dari tiga komponen, yaitu tiket, nontiket, dan subsidi. Dengan pendapatan yang ada, kita melakukan efisiensi pendapatan yang tadinya target biaya operasi sebesar Rp1,5 triliun, kita tekan menjadi Rp1 triliun, sehingga masih bisa mendapatkan laba operasional sebesar kurang lebih Rp75 miliar,” jelas ia. “Kemudian kita bisa mendapatkan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp416 miliar. Lebih tinggi dari target kita sebelumnya yang kita perkirakan sebesar Rp370 miliar,” ungkap ia.
Di tengah krisis, lanjut William, kita bisa memastikan arus kas (cash flow) yang baik mempertahankan layanan, proteksi terhadap karyawan, tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, memastikan moral koporasi tetap baik, dan ayanan tetap prima meskipun dalam kondisi ridership sangat terkontraksi. “Resepnya ialah memaksimalkan pendapatan dari nontiket, melakukan efisiensi di segala lini, mengurangi rencana pengeluaran yang belum prioritas sehingga memastikan arus kas perusahaan berjalan dan EBITDA kita dapatkan secara positif,” pungkas ia.
Penulis: Nasrullah