Per 6 Juni, Pembangunan JPM "Serambi Temu" Dukuh Atas Capai 50,04 Persen
Pekerjaan pembangunan Jembatan Penyeberangan Multiguna “Serambi Temu” Dukuh Atas terus dikebut. Per 6 Juni 2022 lalu, perkembangan keseluruhannya telah mencapai 50,04 persen. Saat ini, pembangunan jembatan sepanjang 265 meter tersebut telah masuk ke tahap pemasangan rangka atap, pekerjaan pemasangan hebel/dinding, pekerjaan diafragma girder, dan bored pile.
Jembatan ini merupakan salah satu bagian utama dalam pengembangan kawasan berorientasi transit Dukuh Atas. Mengusung visi memberikan konektivitas terintegrasi, jembatan yang dibangun oleh PT MITJ dan mitranya, yaitu KSO Waskita bersama Vision First dan kontraktor Waskita Beton Precast, akan menghubungkan stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas di sisi selatan Waduk Setiabudi Barat dan Stasiun KCI Sudirman melintasi kali Banjir Kanal Barat dengan fitur yang terdiri dari akses sepeda, elevator, tangga, lift, area pandang, hingga gerai komersial.
“Meskipun disebut jembatan, secara teknis, konstruksi bangunannya bukan jembatan. JPM ini didesain sebagai bangunan selain untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas pejalan kaki, juga berfungsi menghadirkan berbagai fitur lainnya seperti gerai makanan dan minuman hingga tempat tujuan wisata,” jelas Direktur Utama PT MITJ Tuhiyat. “Jadi, JPM ini memang dibangun dengan prinsip pengembangan konektivitas antarmoda, ruang publik inklusif dan enriching urban experience sehingga diharapkan dapat menjadi identitas dan tujuan baru perkotaan,” tambahnya. Rencananya, lanjut Tuhiyat, jembatan ini akan selesai dibangun pada Agustus 2022.
Pengembangan area Dukuh Atas sebagai kawasan berorientasi transit mutlak dilaksanakan. Sebagai salah satu kawasan tersibuk dengan lima moda transportasi publik (kereta dan bus) serta titik prioritas angkutan daring, kawasan ini menjadi salah satu tujuan para komuter. Sebagai operator utama pengembangan kawasan berorientasi transit, PT MRT Jakarta (Perseroda) dan mitranya akan mengelola kawasan seluas 146 hektare ini dengan mengedepankan delapan prinsip pengembangan kawasan berorientasi transit, yaitu fungsi campuran, kepadatan tinggi, peningkatan kualitas konektivitas, peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, ketahanan infrastruktur, dan pembaruan ekonomi.
Upaya pengembangan kawasan di sekitar stasiun MRT Jakarta merupakan bagian dari transformasi Jakarta dalam mengatur ulang kota dari padat lalu lintas menjadi kota berkelanjutan dan tahan iklim. MRT Jakarta akan memastikan bahwa aksesibilitas transit, fasilitas pejalan kaki dan pesepeda (sebagai moda mobilitas paling ramah lingkungan), ruang hijau dan terbuka, pohon peneduh jalan, ruang publik pemicu aktivitas, hingga titik-titik bike sharing, semua terakomodasi.